Jumat, 19 Maret 2010

Skul Ke Luar Negeri? Gengsi Boo!

Awal tahun, setiap bertemu dengan teman dan kerabat, selain sapa "Selamat tahun baru, happy newyear". Segera pertanyaan berikut, "Kemana liburan akhir tahun?" cerita yang sama pun mengalir dengan gembira, "Kami sekeluarga ke singapura, menghantar si sulung, Vicky, mau kuliah di sana", dan seterusnya dan sebagainya. Tiba-tiba ada seorang teman yang bertanya, "Emangnya, maunya Vicky sendiri sekolah ke sana atau karena ortunya yang mau anaknya sekolah ke luar negeri?". Kaget juga mendengar pertanyaan yang tidak lazim itu dan segera si teman melanjutkan, "Jaman sekarang, banyak anak okay (orang kaya) yang skul ke luar karena ortunya yang mau! Demi gengsi dan prestise si ortu. Eh, nggak ngatain kamu lho. Kayaknya emang dari dulu si Vicky maunya sendiri sekolah ke sana ya? ". Buru-buru diralat sambil nyengir ngelirik sungkan ke saya.

Dikesempatan yang berbeda, mengalirlah kisah sedih seorang teman yang lebih dulu menyekolahkan anak ke luar negeri. "Aku nyesel ngirim anakku ke luar sekolah. Dulu dia sangat sayang, care dan protektif banget ama mamanya, bahkan papanya pun nggak boleh deket-deket ama mamanya. Setahun kemudian, memang dia jadi mandiri banget. Yang dulunya semua dikerjain ama pembantu, sekarang dia bisa dan mau mengerjakan sendiri. Tapi, duuuuh, mau nyium dia aja sekarang, dia bilang, aku kan bukan anak kecil lagi, jangan cium-cium dong ma".

Ada lagi kisah yang lain. Saat reuni, mantan guru kami berkisah tentang putra tunggalnya yang sekolah ke luar negeri kemudian bekerja dan menikah di sana dan tidak ingin kembali ke tanah air lagi. Suatu hari, saat kangen mendera, dengan mengumpulkan uangnya yang tidak seberapa, dia berangkat mengunjungi putranya. Dan sungguh pak guru sangat shock, karena setibanya di sana, putranya telah memesankan hotel karena si anak tidak ingin terganggu privacynya. Dan hebatnya lagi, tagihan hotel pun pak guru yang harus membayarnya. Sambil menitikkan air mata kecewa, cerita berlanjut, "Di sini, bapak punya ratusan murid, yang kaya, yang biasa saja, yang hebat dan yang pasti, mereka begitu mencintai bapak. Di usia senja dan pensiun sekarang ini, bila setiap hari bapak berkeliling menginap ke salah seorang murid, sampai bapak meninggal pun, tidak seorang pun murid yang akan mengusir bapak dan menyodorkan tagihan. Sedangkan Anak bapak sendiri, sungguh mengecewakan dan tidak mengerti berbakti kepada orang tuanya. Sungguh, bapak telah gagal mendidik anak sendiri!".

Netter yang budiman.

Ada sentakan kesadaran yang mengalir deras di sanubari ini.
Nyekolahin anak ke luar negeri? Sah-sah saja.
Sebaiknya sih, karena maunya si anak dan keikhlasan ortu, bukan paksaan ortu berlandaskan gengsi semata.
Yang perlu dicermati, seberapakah bekal pendidikan agama, moral dan etika yang telah kita tanamkan ke mereka? Karena resiko apapun yang bakal terjadi dengan anak skul ke luar, selain anaknya sendiri, pasti ortu juga yang akan mendulang dampaknya.

1 komentar: